Membaca Kompas kemarin, Senin 20 April 2009 dengan judul Susahnya Jadi Guru Kreatif yang ditulis oleh rekan sejawat, T Gunawan Wibowo membuat saya tersulut untuk menjadi guru kreatif. Guru yang tidak hanya mengandalkan kurikulum yang ada, tetapi mampu menciptakan sebuah kurikulum yang ideal untuk kondisi dan lingkungan sekolahnya.
Untuk menjadi guru yang kreatif memang tidak mudah. Saya merasakan sendiri betapa sulitnya menjadi guru kreatif. Saya harus dapat meninggalkan posisi nyaman saya. Meninggalkan yang tidak penting dan mendahulukan yang penting. Berani tidak populis diantara teman sejawat karena pemikirannya yang rada sedikit beda dari kebiasaan.
Guru kreatif adalah guru yang selalu memandang bahwa keragaman siswa adalah sebuah potensi besar yang harus dikembangkan di sekolah sedangkan guru yang kurang kreatif adalah guru yang selalu mengedepankan keseragaman siswa. Tak boleh ada yang berbeda. Semua harus sama, dan kalau perlu ‘copy and paste’ seperti apa yang terjadi sekarang ini dalam dunia pendidikan kita.
Guru kreatif selalu resah dan gelisah dengan strategi pembelajarannya, dan selalu memperbaiki dirinya dengan berbagai penelitian tindakan. Mencoba mencari metode-metode baru dalam pembelajaran sehingga hasilnya sangat bermanfaat untuk guru lainnya. Guru kreatif adalah guru dimana dirinya sadar akan kekurangan diri dan membuatnya untuk belajar sepanjang hayat. Tak peduli orang mau bilang apa, yang penting bagi dirinya adalah bersekutu dengan ilmu demi kemajuan dunia pendidikan.
Guru kreatif seperti itu masih langka dalam dunia pendidikan kita. Lihatlah data dan realitas di lapangan begitu banyaknya guru di lingkungan depdiknas yang tak mampu naik pangkat karena tak sanggup membuat karya tulis ilmiah. Hal ini disebabkan karena guru terbiasa dengan keseragaman pemikiran sehingga untuk membuat sesuatu yang berbeda diperlukan sebuah perjuangan keras dimana para guru harus mampu melawan dirinya sendiri.
Untuk menjadi guru yang kreatif dalam membuat karya tulis ilmah diperlukan sebuah perencanaan pembelajaran yang matang, tindakan pembelajaran yang menantang, proses pengamatan yang cemerlang, dan refleksi diri dengan teman sejawat bahwa pembelajaran telah membuahkan keberhasilan. Semua kegiatan itu dicatat prosesnya, dan terangkum dalam penelitian tindakan kelas yang membuat guru akhirnya mampu membuat sebuah karya tulis ilmiah.
Begitu banyak kiat-kiat menulis karya tulis ilmiah. Baik tercetak dalam buku maupun kita dapatkan cuma-cuma dari internet. Intinya adalah guru harus dapat melaksanakan 5M dalam kesehariannya, yaitu melihat, membaca, menulis, meneliti, dan melaporkan. Hanya sayangnya, tak semua guru mampu mengaplikasikannya dalam pembelajaran sehari-hari. Sehingga yang terjadi lagi-lagi keseragaman pemikiran dan keengganan untuk melakukan 5M membuat guru terjebak dalam rutinitas kerja yang berkepanjangan. Buntutnya adalah membuat guru menjadi tidak kreatif dalam membuat karya tulis ilmiah.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh bila guru mampu membuat karya tulis ilmiah, di antaranya:
- Menumbuhkan kebiasaan menulis
- Memperbaiki pembelajarn yang dikelolanya
- Berpikir analitis dan ilmiah
- Menambah khasanah ilmu pendidikan
- Menumbuhkan semangat guru lain
- Mengembangkan pembelajaran yang kreatif
- Meningkatkan mutu sekolah
- Menjadi guru profesional di bidangnya.
3 thoughts on “Menjadi Guru Kreatif Melalui Karya Tulis Ilmiah”