Membaca berita di koran dan menonton rekaman kejadian demonstrasi di Sumatera Utara hati saya terasa tergores. Demonstrasi itu telah menelan korban dengan tewasnya Ketua DPRD Sumatera Utara, Abdul Azis. Apa pun alasannya, tindakan para demonstrasi yang menahan ketua DPRD adalah merupakan tindakan tak terpuji.
Demokrasi dibebaskan di negara ini bukan untuk dipergunakan sebebas-bebasnya, sehingga tak terkendali. Kita harus prihatin dengan keadaan ini. Apalagi bila melihat rekaman film di televisi tentang kejadian itu. Memalukan dan mencoreng arti demokrasi yang sesungguhnya.
Berbeda pendapat boleh. Berbeda pikiran boleh. Karena memang kita dilahirkan berbeda. Adanya perbedaan bukannya kita saling menghancurkan, tetapi justru saling memahami dan menghargai bendapat orang lain. Di sinilah kita akan menjadi orang yang bijaksana. Mampu menerima perbedaan dan mencari persamaan dari perbedaan-perbedaan itu. Karena esensi dari perbedaan itu memiliki tujuan yang sama.
Peristiwa ini sungguh menodai demokrasi kita. Demokrasi yang baru saja kita nikmati setelah era reformasi. Demokrasi yang telah disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencapai kekuasaan.
Wahai saudaraku, jangan nodai demokrasi kita. Bertindaklah yang santun dan lemah lembut. Tidak adakah lagi sifat kasih dan sayang dalam dirimu, sehingga kau korbankan saudaramu demi ego yang menyelimutimu. Sadarlah wahai saudaraku, demokrasi tidak dengan memaksakan kehendak. Demokrasi tumbuh dan lahir untuk menghargai perbedaan.
Stop. Ini adalah kejadian terakhir kali kita menggunakan cara-cara kekerasan. Sebagai bangsa yang terkenal santun, baik tutur katanya, maupun budi pekertinya jangan engkau gunakan kekerasan untuk memaksakan pendapatmu. Karena itu mari kita berdemokrasi dengan nurani yang bersih dan saling menyayangi diantara kita.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu menerangi hati kita menuju kepada keluhuran budi. Pandai memadukan tata rasa, tata pikir, dan tata tindakan yang berujung kepada akhlaqul karimah. Akhlaq yang telah dicontohkan oleh Baginda nabi Muhammad SAW.
9 thoughts on “Jangan Nodai Demokrasi kita!”