Wahai Orang Tua Perhatikan Anak Kita!

Selama tiga hari ini, dari Sabtu s.d. Senin saya libur tidak kemana-mana. Kesempatan ini saya manfaatkan benar-benar untuk memperhatikan anak saya sendiri. Maklumlah, setiap harinya saya lebih memperhatikan anak orang lain alias peserta didik saya. Sehingga terkadang anak sendiri terlupakan dan untunglah disaat libur seperti sekarang ini saya dapat bersama mereka. Intan dan berlian. Dua anak yang masih lucu dan membutuhkan perhatian kedua orang tuanya.

Saya agak terperanjat juga melihat perkembangan mereka. Perkembangan yang tidak pernah saya perhatikan sebelumnya. Perkembangan yang juga mungkin terjadi pada diri anak anda sendiri.

Anak saya yang pertama sudah pintar mengutak-atik handphone ayahnya, bahkan asyik banget bermain games. Nggak ada yang ngajarin, dia sudah bisa sendiri. Apalagi kalau buka laptop saya, dia juga enjoy aja dan asyik berinternet ria. Bermain games sudah menjadi santapan sehari-harinya. Padahal buat anak-anak seusianya (10th) yang baru kelas V SD, tentu hal ini tidak banyak anak yang bisa melakukannya, kecuali anak-anak di kota-kota besar yang memang sudah terbiasa menggunakan komputer  PC dan Laptop. Kedua barang itu sudah dianggap biasa oleh mereka.

Saya merasa sebagai pendatang (digital Immigrants) dalam dunia mereka sedangkan anak saya adalah penduduk asli (digital natives) dalam dunia anak-anak. Dunia anak ternyata berbeda dengan orang dewasa. Anak saya tak kenal yang namanya kamera manual atau digital. Anak saya hanya tahu kalau kamera itu yang digunakan untuk foto-foto. Dia tak pernah tahu kalau ada juga kamera manual. Anak saya pun tak suka baca buku terlalu banyak, tapi kalau buka internet dan “black berry” jangan tanya. Kalau ada gunung meletus mungkin dia bisa nggak denger karena saking asyiknya.

Itulah dunia anak sekarang. Mereka lebih senang melihat gambar, film, suara baru kemudian teks. Berbeda dengan orang tua yang lebih senang teks, gambar, film baru suara. Ada perbedaan disana. Disinilah terbukti kalau kita sebagai ‘pendatang’ dalam dunia mereka harus bisa mengikutinya. Mengikuti apa saja yang sudah mereka ketahui dan kuasai.

Sebagai penduduk asli di dunia yang serba digital ini, mereka sangat mudah menerima informasi dan saling berkomunikasi. Berbeda dengan kita dulu. Banyaknya siaran televisi dari berbagai channel, berkembangnya telepon seluler, dan pesatnya perkembangan internet dengan jaringan sosialnya seperti friendster dan facebook membuat anak kita hidup dalam zamannya.

Anak saya yang kedua pun sudah bisa membuka film upin dan ipin sendiri dari laptop saya, meskipun umurnya baru 5 tahun. Serial Upin dan Ipin. film kartun dari Malaysia itu dari episode awal sampai akhir sudah habis ditontonnya. Dia pun sudah bisa membuka program MP3 sendiri, lalu dengan suara mungilnya yang masih cadel dia menyanyi mengikuti irama lagu. Lagu yang suka dinyanyikan oleh orang dewasa, karena minimnya pencipta lagu anak-anak sekarang ini. Dia pun tak canggung menyetel televisi, menyalakan kipas angin, dan memutar DVD Home teater di rumah kami. Padahal tak ada satupun dari kami sebagai orang tua yang mengajarkannya. Dia bisa sendiri dari hanya memperhatikan orang tuanya meng-aktifkan perlalatan-peralatan itu.

Saya jadi berpikir dan merenung. Memori otak saya bekerja cepat, dan jadilah tulisan ini untuk berbagi dengan anda pembaca kompasiana.

Memperhatikan anak-anak kita sendiri di zaman serba canggih saat ini memang sebuah keharusan. Jangan biarkan anak-anak masuk dalam teknologi terbaru tanpa bimbingan kita. Sifat mereka yang masih labil dan ingin mencoba hal-hal baru harus terus diawasi. Sebab setiap teknologi baru pasti membawa dampak positif dan negatif bagi anak. Contohnya Handphone, dan internet. Kedua alat teknologi canggih itu bisa jadi media pembelajaran yang baik bagi anak. Tapi dapat juga merusak anak bila kita tak membimbing mereka. Bisa-bisa gambar dan film porno ikut masuk di dalamnya. Jadilah orang tua yang mampu mengawasi mereka dengan baik. Jangan sampai kita mendapatkan teguran dari sekolah karena ternyata anak kita menyalah-gunakan telepon seluler yang dimilikinya.

Coba anda bayangkan bila anak anda hanya asyik bermain games di internet dan telepon selulernya setiap hari. Pasti akan berbahaya, karena otak kanan dan kirinya menjadi tak seimbang. Bermain games boleh, tetapi belajar untuk mengetahui hal lainnya juga sangat diperlukan. Anak harus juga dididik jangan hanya sebagai bangsa pemakai produk teknologi saja. Kita harus pula mengarahkan mereka agar dapat memproduksi peralatan teknologi. Karena itu mereka harus belajar dan terus belajar menggali ilmu pengetahuan. Mereka harus diarahkan untuk dapat juga menemukan sesuatu yang baru. Karena itu budaya ilmiah dan senang meneliti sudah harus dibudayakan dari sekarang.

Kecanggihan teknologi sekarang ini, baik telepon seluler maupun internet, mau tidak mau. suka atau tidak suka menghantarkan kita para orang tua dan guru untuk segera mempelajarinya. Kalau tidak, kita bisa tak nyambung dengan mereka di bidang teknologi multimedia saat ini.

Wahai para orang tua. Mulai sekarang perhatikan anak anda. Mereka hidup dalam dunia yang berbeda dengan kita. Mereka adalah penduduk asli dalam era digital sekarang ini sedangkan kita hanya sebagai pendatang di era digital. Sebagai orang tua yang sudah memahami dampak positif dan negatif dari suatu teknologi, tentu kita dituntut untuk lebih memperhatikan mereka. Jangan biarkan mereka aktif sendiri tanpa bimbingan kita. Sudah saatnya kita terus belajar sepanjang hayat untuk tetap mengikuti perkembangan teknologi. Minimal kita tahu perkembangan teknologi apa yang terjadi saat ini. Jangan sampai kita dianggap “gaptek” oleh anak kita sendiri karena tak mau belajar. Belajar sesuatu yang baru.

Mungkin suatu saat kita perlu mengatakan pada mereka, “Lihat ini foto mama dan papa di internet, Bagus Khan??” atau kita perlu juga mengatakan pada mereka, “Mama dan papa sayang kamu” dalam facebook dan handphone mereka. Cobalah!

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.