Mengapa Fisika Sulit?

Rabu, 20/08/2008 08:23 WIB
Mengapa Fisika Sulit
Bayu Sapta Hari – suaraPembaca detik.com

Jakarta – Sebelum kita sampai ke pertanyaan ini mari kita bayangkan apa jawaban siswa SMA saat ada yang bertanya: Apa pelajaran yang paling dibenci di sekolah? Ya, sebagian besar dari siswa tersebut pasti akan menjawab secara spontan dan serempak: Fisika!

Kalau Anda tidak percaya coba kita ingat-ingat kembali bagaimana kita dulu ketika sekolah menghadapi pelajaran fisika. Pasti yang kita alami adalah kisah sedih di hari Minggu (eh salah!) maksudnya tidak menyenangkan. Ingatan kita tentang fisika selalu dipenuhi dengan duka dan sedih (nggak ada senangnya sama sekali!).

Ada yang gurunya galak. Ada yang gurunya cuek, sering bolos, dihukum guru karena nggak ngerjain PR, dan lain-lain. Begitu bukan (hayo ngaku aja deh!). Jadi, pertanyaan di atas: “mengapa mereka tidak suka (benci) pelajaran fisika?” Memang pantas dikemukakan dan dianalisis.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pelajaran fisika adalah salah satu pelajaran yang paling dihindari di sekolah. Khususnya tingkat SMA. Banyak kisah-kisah yang tidak menyenangkan yang terjadi saat menjalani pelajaran fisika di sekolah sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Keadaan ini sungguh ironis mengingat ilmu fisika adalah salah satu ilmu yang harus dikuasai bagi mereka yang ingin kuliah di perguruan tinggi dalam bidang eksakta (bidang MIPA, kedokteran, teknik, dan ilmu komputer).

Coba kita bayangkan bagaimana sulitnya mahasiswa yang mengambil kuliah di bidang eksakta. Mereka sangat tidak menguasai pelajaran fisika di bangku SMA hanya karena hal-hal yang tidak menyenangkan saat belajar fisika di SMA. Bukankah ini sesuatu yang sangat merugikan?

Selama ini kita juga tidak pernah mau mengakui bahwa pelajaran fisika di SMA adalah sulit. Kita selalu mengatakan tidak ada pelajaran yang sulit kalau pelajaran tersebut dipelajari dengan rajin dan sungguh-sungguh tanpa pernah mau melihat bagaimana sulitnya siswa SMA mempelajari dan memahami pelajaran fisika di sekolah. Bisa jadi karena sulitnya memahami fisika itulah yang menyebabkan mereka membenci pelajaran fisika.

Sekarang, coba kita tengok buku pelajaran fisika yang dipakai oleh anak SMA sebagai sarana memahami pelajaran fisika. Walaupun penampilan fisik buku pelajaran itu sangat menarik tetapi tidak demikian halnya dengan isinya. Apabila kita terkagum-kagum dengan penampilan buku itu jangan kaget kalau Anda tidak akan mampu berlama-lama membaca buku fisika itu karena susahnya dan tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan kehidupan sehari-hari.

Tanpa kita sadari kita telah membiarkan siswa SMA mempelajari pelajaran fisika yang sulit itu. Di sini kita juga perlu pahami juga bahwa mereka tidak hanya belajar pelajaran fisika saja. Tetapi, mereka juga harus belajar pelajaran lain yang tingkat kesulitannya tidak kalah dengan pelajaran fisika seperti matematika.

Pernahkah kita bayangkan bagaimana sulitnya hal ini? Bukankah ini sama halnya dengan membiarkan mereka. Atau bahkan memaksa mereka menelan sesuatu yang keras dan pahit yang mereka sulit untuk menelannya?

Berdasarkan pengalaman penulis yang selama ini menggeluti pendidikan fisika ada dua faktor yang bisa dikemukakan berkaitan dengan pertanyaan sebagai judul tulisan ini. Guru dan kurikulum fisika di sekolah.

Guru Sebagai Ujung Tombak
Kita harus berani mengakui bahwa guru berperan besar dalam menjadikan pelajaran fisika sulit dan tidak menarik minat siswa untuk mempelajarinya. Fakta ini didukung oleh pendapat banyak siswa sekolah yang pernah penulis temui.

Dari pengalaman siswa tersebut penulis mendapati banyak guru fisika yang tidak punya motivasi dan semangat untuk mengajar pelajaran fisika. Entah karena malas atau kurang menguasai materi pelajaran, sering guru tidak hadir di kelas dan kalaupun hadir tidak memberikan pelajaran sesuai dengan waktu yang tersedia.

Sering waktu pelajaran di kelas diisi dengan mencatat ataupun mengerjakan tugas tanpa siswa diberi wawasan secukupnya tentang materi tersebut. Ini bisa jadi terjadi pada semua pelajaran bukan hanya pelajaran fisika saja.

Ada juga guru yang untuk menutupi kemalasannya dan ketidakmampuannya menguasai materi memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum materi pelajaran atau membuat makalah dengan topik materi pelajaran yang akan diajarkan. Dengan siswa telah membuat rangkuman atau makalah guru menganggap siswa sudah mempelajari materi tersebut dan menganggap siswa sudah mampu menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Wow, hebat sekali ya! (Jadi, ngapain aja tuh guru?).

Guru yang lainnya, untuk menutupi kemalasannya dan kekurangannya, ada yang memanfaatkan otoritasnya dengan bersikap galak kepada siswa. Ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa terhadap pelajaran yang diajarkannya sehingga guru akan lebih leluasa mengajarkan materi pelajaran.

Tetapi, sikap ini malah menambah kebencian siswa kepada guru sekaligus juga terhadap pelajarannya. Menurut pengamatan penulis kebanyakan guru yang mengajar fisika dianggap sebagai guru killer karena galak dan memanfaatkan otoritasnya untuk mendapatkan perhatian siswa.

Ini adalah salah satu alasan kenapa pelajaran fisika tidak disukai. Apakah seperti ini sikap guru yang sesungguhnya?

Wajar saja kalau pelajaran fisika dianggap sulit. Lha wong gurunya saja tidak pernah memberikan pelajaran sama sekali dan lebih suka marah-marah ketimbang mengajar. Dari mana siswa mendapat tambahan pengetahuan kalau bukan dari guru? Padahal guru bertanggung jawab untuk mengantarkan siswa memahami pelajaran dan membimbing siswa untuk menerapkan pelajaran yang diajarkannya.

Berdasarkan pengalaman penulis sebenarnya banyak cara, metode, dan sarana yang bisa dijadikan bahan dalam mengajarkan materi fisika sehingga dapat menjadi lebih mudah. Sebagai contoh ketika mengajarkan materi termodinamika. Seorang guru dapat menganalogikan hukum termodinamika I dengan krupuk yang sedang digoreng.

Krupuk yang digoreng (diberi panas) akan mengalami perubahan volume (membesar) dan kenaikan suhu. Ini sesuai dengan hukum termodinamika I bahwa Q = “916;U + P.”916;V (panas Q mengakibatkan kenaikan suhu (energi dalam) “916;U dan pertambahan volume P.”916;V). Bukankah cara ini lebih efektif? Dan banyak lagi contoh yang bisa dipakai.

Tidak pantas bagi seorang guru yang membiarkan siswanya tidak mendapat tambahan pengetahuan. Dan, kebanggaan bagi guru yang mampu menanamkan pengetahuan kepada siswanya dan pengetahuan itu bermanfaat bagi kehidupan di masa yang akan datang.

Jadi, kepada guru fisika marilah kita perbaiki sikap dan metode pengajaran yang selama ini kita jalankan dalam mengajarkan fisika. Dengan memperbaiki sikap dan metode pengajaran kita adalah salah satu jalan untuk membuat pelajaran fisika itu lebih disenangi dan mudah bagi siswa.

Kurikulum Sebagai Pedoman (Kitab Suci)
Tidak salah lagi. Kurikulum adalah salah satu penyebab pelajaran fisika menjadi sangat sulit dan karenanya kurang disukai siswa. Kurikulum fisika yang ada tidak seharusnya diberikan pada tingkatan sekolah menengah.

Karena menurut kurikulum ini materi pelajaran yang harus diberikan sangat banyak dan terlalu sulit jika dilihat bahwa jam pelajaran yang tersedia sangat terbatas dan siswa pun tidak hanya belajar fisika. Siswa juga harus belajar matematika, biologi, kimia, agama, ekonomi, sejarah, dan lain-lain. Jadi, sangat tidak bijak apabila siswa dipaksakan (dijejali) untuk memahami semua materi yang ada di kurikulum.

Materi yang harus dipelajari oleh siswa tentang fisika begitu banyak dan mendetail yang masih perlu dipertanyakan. Haruskah materi ini diajarkan pada tingkat sekolah menengah.

Perubahan kurikulum pada dasarnya tidak banyak mengubah materi pelajaran fisika. Hanya mengubah susunan atau struktur materi pelajaran. Perubahan kurikulum tidak pernah sama sekali menyentuh hal apakah materi ini layak dan harus diajarkan pada tingkat sekolah menengah.

Pelajaran fisika yang selama ini kita pelajari di tingkat sekolah menengah seharusnya dipelajari di tingkat yang lebih tinggi (apa karena ini siswa kita banyak yang menggondol medali emas olimpiade fisika?).

Kurikulum yang ada selama ini hanya mampu diikuti oleh segelintir siswa saja yang mampu. Sedangkan sebagian besar siswa tidak dapat mengikuti apa yang ada di kurikulum. Seharusnya kurikulum dibuat untuk dapat diikuti oleh semua siswa. Tidak hanya oleh segelintir siswa yang pintar saja.

Berdasarkan pengalaman penulis untuk menjelaskan satu bagian (misalnya hukum termodinamika I) saja dibutuhkan waktu yang cukup lama. Dan belum tentu bisa dipahami oleh semua siswa karena kemampuan masing-masing siswa berbeda-beda. Akibatnya, tidak cukup waktu yang tersedia untuk menyelesaikan seluruh materi yang ada dalam kurikulum.

Akan tetapi, karena kurikulum telah dijadikan pedoman dan bahkan seolah-olah bagaikan kitab suci yang wajib digunakan, kekurangan-kekurangan yang ada dalam kurikulum tidak bisa diganggu gugat. Ini menjadi beban tersendiri buat guru dan siswa.

Menurut pandangan penulis pelajaran fisika seharusnya diarahkan untuk dapat membantu memecahkan masalah yang sering timbul dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran fisika bukan sekedar membahas seluruh aspek dari hukum-hukum fisika secara detil sekaligus menyelesaikan semua perhitungan yang berkaitan dengan hukum tersebut tanpa siswa mengetahui apa manfaat yang nyata dari hukum-hukum tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Bisa dikatakan kurikulum yang ada kurang membumi yang membuat siswa kurang berminat mempelajarinya. Kurikulum yang terlalu padat dan kurang membumi diperparah oleh ketersedian buku sebagai pegangan guru dan siswa dalam pengajaran fisika di sekolah. Ya, harus diakui bahwa buku pelajaran adalah salah satu elemen penting dalam proses pendidikan di sekolah tak terkecuali dalam pelajaran fisika.

Di atas telah disebutkan bahwa buku fisika sebagai pengantar memahami pelajaran fisika yang ada tidak representatif. Ini bukan berarti penulisnya yang salah ataupun penerbit yang tidak bertanggung jawab.

Penulis maupun penerbit merasa mereka telah membuat buku sesuai dengan kurikulum yang terbaru (kurikulumnya aja ngga jelas!). Dan mereka beralasan buku yang tidak sesuai kurikulum (walaupun lebih membumi dan lebih bisa dibaca (ada ngga ya!) tidak akan laku dijual.

Buku yang sedianya menjadi salah satu elemen penting dalam pendidikan telah terperangkap dalam bisnis semata. Seolah-olah mengabaikan aspek pendidikan. Praktik bisnis ini membuat tidak ada penerbit yang berani membuat buku yang lepas dari pakem dan belenggu kurikulum sehingga buku tersebut bisa lebih membumi dan mudah dipahami.

Salah satu ganjalan lain berkaitan dengan kurikulum yang membuat pelajaran fisika menjadi terlihat sulit adalah adanya ujian nasional (UN) sebagai standar kelulusan. Pelajaran fisika (atau sains pada umumnya) yang sedianya dapat dieksplorasi menjadi lebih menarik terbentur oleh batasan-batasan standar ujian nasional.

Dengan adanya batasan-batasan ini guru menjadi terbelenggu dan membatasi pengajarannya hanya pada materi yang diprediksi akan keluar dalam UN. Pengajaran fisika yang dapat diarahkan agar lebih menarik digantikan oleh pembahasan soal-soal untuk menghadapi UN.
Keindahan ilmu dan penerapan fisika serta merta akan tertutup oleh kekhawatiran bagaimana menyelesaikan soal UN dengan benar.

Tentu saja siswa akan merasa bosan dengan metode pengajaran seperti ini. Tapi, apa boleh buat daripada tidak lulus UN bisa berabe (mau ditaruh di mana muka gue kalo ngga lulus UN!).

Dengan argumen yang telah dipaparkan di atas akankah kita diam saja membiarkan praktik semacam ini berlangsung terus? Penulis yakin apabila pelajaran fisika bisa diarahkan agar lebih membumi dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari akan lebih mudah untuk memahami pelajaran fisika.

Dengan demikian guru juga lebih mudah untuk mengajarkan pelajaran fisika kepada siswa. Dan, pada saat itu tidak akan ada lagi ungkapan bahwa fisika itu sulit.

Dan, karena ilmu fisika merupakan ilmu dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi usaha untuk menjadikan fisika lebih familiar dan akrab buat siswa adalah langkah strategis. Diperlukan usaha yang terpadu dan sungguh-sungguh dalam langkah strategis ini yang meliputi pembenahan guru dan kurikulum.

Bayu Sapta Hari
Sukma Jaya Depok
bsaptahari@yahoo.com
081310488901

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

5 thoughts on “Mengapa Fisika Sulit?

  1. Marsya Paramita Candradewi

    Saya setuju dengan penulis walaupun baru awal masuk SMP tapi tampaknya Fisika banyak rumus dan rumit. Serta saya setuju sebaiknya daripada marah-marah terus di kelas, hanya memerhatikan batasan UN dan kurikulum, mending guru mencoba menjadi lebih menyenangkan sehingga murid lebih ngerti. Daripada guru galak, mengakibatkan murid bengong semua. Pokoknya blog ini bagus deh !

  2. amgahrm

    ya saya setuju bahwa seharusnya pembelajaran fisika dibuat lebih menarik, contohnya dengan eksperimen eksperimen kecil, belajar dengan logika tidak terpacu dengan penghafalan rumus-rumus, menurut pak yohannes saputra(maaf kalau salah) seharusnya pembelajaran fisika di Indonesia dibuat lebih menyenangkan sehingga siswa dapat mengerti dan senang dalam belajar fisika, menurut beliau, fisika di Indonesia masih kurang bagus

  3. intan....

    ya,,ntah mengapa mnrut saya fisika itu slit skali….
    saya sngat stju bila pmbeljaran fsika di buat mnarik,karna yang sya alami setiap bljar fisika bkan snag pa gmbira tpi sbaliknya mlah males..tpi itu mnjadi sbuah tantangan bt sya,,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.