Untuk menjadi kaya, kita harus selalu ingat prinsip dasar
“Menghabiskan lebih sedikit dari yang kita dapatkan” atau “Hidup
dibawah kemampuan”. Dengan melaksanakan prinsip ini, maka setiap
bulannya kita mengakumulasikan harta, yang dalam jangka panjangnya
akan membawa kita menuju kaya.
Agar dapat melaksanakan dengan benar “Hidup dibawah kemampuan”,
kita perlu menyadari beberapa hal. Salah satunya, yang akan saya
bahas dalam kesempatan ini, adalah bisa membedakan antara
“kebutuhan” dan “keinginan”.
“Kebutuhan” adalah barang atau jasa yang benar-benar Bapak Wijaya Kusumah
perlukan. Jika Bapak Wijaya Kusumah tidak bisa mendapatkan barang tersebut,
maka kehidupan Bapak Wijaya Kusumah menjadi terancam atau menjadi susah.
Contoh paling nyata adalah makanan. Manusia membutuhkan makanan
untuk tetap bertahan hidup. Apabila manusia tidak makan sama sekali,
maka dalam waktu 3 hari dia akan mati.
Sementara “keinginan” adalah barang atau jasa yang dibeli hanya
semata untuk kesenangan. Biasanya keinginan ini lebih didorong
oleh rasa tamak manusia sehingga rela mengeluarkan uang lebih
banyak untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Setiap kali Bapak Wijaya Kusumah hendak membeli barang, pernahkah
Bapak Wijaya Kusumah memikirkan apakah barang tersebut merupakan
“kebutuhan” atau “keinginan” bagi Bapak Wijaya Kusumah? Coba lihat daftar
dibawah ini dan tentukan mana yang kebutuhan dan mana yang keinginan:
sepatu
baju buatan designer
air
apartemen mewah
ranjang
es krim
undian
mobil
keanggotaan klub
makan siang
tiket konser
perjalanan ke luar negeri
obat-obatan
kalung
komputer
kopi
handphone
tongkat golf
mebel
Sayangnya, jawaban dari daftar diatas tidak benar-benar hitam putih.
Sesuatu yang menjadi keinginan seseorang mungkin saja suatu kebutuhan
untuk yang lain. Misalnya komputer. Bila Anda berpenghasilan terutama
dalam bidang komputer, maka komputer adalah suatu kebutuhan. Tapi bila
Anda hanya menggunakannya untuk bermain game, maka sebetulnya Anda
tidak membutuhkannya.
Dari daftar diatas, kita masih bisa menentukan apa yang menjadi
kebutuhan mayoritas orang. Sepatu (dan pakaian), air, ranjang,
makanan, obat lebih merupakan kebutuhan daripada keinginan. Walaupun
demikian, berhati-hatilah dalam memilih barang pemuas kebutuhan
Bapak Wijaya Kusumah. Barang yang merupakan kebutuhan, bisa berubah
menjadi keinginan jika dipenuhi secara berlebihan. Misalnya saja
makanan. Kebutuhan kita sebenarnya dapat terpenuhi jika kita makan
secukupnya, misalnya saja dengan memesan nasi rames yang harganya
berkisar Rp. 10.000,-. Namun, sebagian orang lebih suka makan di
kafe-kafe dengan biaya yang lebih mahal, anggap saja Rp. 50.000,-.
Selisih Rp. 40.000,- ini merupakan harga yang harus dibayar untuk
memuaskan keinginan, antara lain keinginan akan kemewahan, suasana
yang menyenangkan, service, dan lain-lain.
Mulailah menyisihkan sedikit waktu Anda untuk bertanya pada diri
sendiri. Anda mungkin akan menemukan bahwa ada cukup banyak barang
yang Anda anggap perlu tidak lain hanya keinginan. Sekali Anda dapat
membedakan keduanya dengan obyektif dan dapat membatasi diri
agar tidak membeli barang-barang yang hanya sekedar keinginan,
maka Anda sudah dalam jalan sukses mempraktekan ‘hidup sesuai
kemampuan’.
=================
Tips
=================
Pada saat Bapak Wijaya Kusumah jalan di pusat perbelanjaan, barangkali
Bapak Wijaya Kusumah melihat suatu barang yang sangat menarik dan
ingin sekali membelinya. Pada saat itu, biasanya emosi memenuhi
pikiran Bapak Wijaya Kusumah sehingga Bapak Wijaya Kusumah menjadi
sulit sekali untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Saran saya, jangan langsung membeli. Tinggalkan terlebih dahulu
barang tersebut selama 3 hari. Emosi Bapak Wijaya Kusumah akan
menurun, sehingga dapat berpikir dengan lebih jernih apakah barang
tersebut adalah benar-benar merupakan kebutuhan atau hanya sekedar
keinginan Bapak Wijaya Kusumah.
Regards,
David Ciang
5 thoughts on “Bedakan Kebutuhan dan Keinginan”